Showroom Batik Papringan Banyumas

KabarDesa.com, Banyumas – Batik merupakan warisan yang harus dijaga dan dikembangkan agar terus mendapatkan minat di hati setiap kalangan. Mengembangkan batik bukan soal bagaimana mendapatkan kualitas yang baik saja, tetapi juga bagaimana para pengrajin dan unsur masyarakat di dalamnya tetap bisa hidup dari kerajinan ini.

Itulah yang dirasakan oleh masyarakat Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, yang sebagian besar warganya adalah pengrajin batik.

Keberadaan batik papringan ini sudah ada sejak era kadipaten (Kabupaten, red). Dulu ibukota kadipaten berada di Kecamatan Banyumas dan karena pada waktu itu batik berasal dari kaum bangsawan serta pejabat, membuat wilayah ini menjadi sentranya batik di Banyumas.

Mulai dari situ munculah batik-batik lain yang menyebar ke berbagai daerah di Banyumas dan banyak warga yang menjadi pembatik.

Melihat dari sejarah munculnya batik papringan ini membuat masyarakat setempat tidak mau diam. Berbagai pengembangan terus dilakukan hingga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Perkembangan di Era Milenium

Kesadaran akan pentingnya merawat warisan budaya terus dikobarkan. Mulailah di sekitar tahun 2010 Batik Papringan mengalami perkembangan.

Program dari pemerintah pusat untuk pengembangan desa, PNPM-PLPBK, merupakan program pertama yang dapat memfasilitasi para pengrajin batik di Papringan. Berbagai program dicanangkan untuk keperluan pengembangan batik dan pra sarana pendukungnya, seperti pembangunan 5 galeri (pendopo serba guna) yang ada di tiap-tiap RW. Pendopo ini berfungsi untuk pusat kegiatan masyarakat dan kegiatan membatik itu sendiri.

Batik Papringan Banyumas - Pendopo
Salah satu pendopo yang digunakan untuk kegiatan masyarakat dan membatik

Semenjak adanya program dari PNPM-PLPBK ini kerajinan batik di Papringan mulai diarahkan dan dikembangkan menjadi sentra batik.

Sayangnya program dari PNPM-PLPBK ini harus berakhir di tahun 2013. Namun, pada akhirnya ada dukungan lain dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Purwokerto yang hingga saat ini terus memberikan fasilitas dan dukungan kepada para pengrajin batik di Desa Papringan.

Oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Purwokerto akhirnya dibentuklah kelompok-kelompok pembatik yang diberikan pembinaan mulai dari awal hingga mampu memproduksi batik sendiri.

Keluwesan Batik Papringan

Batik Papringan Banyumas - Motif B
Motif-motif Khas Banyumasan / Foto : dok.pri

Batik itu warisan yang unik, karena di setiap daerah memiliki motif dan filosofi sendiri-sendiri. Batik Papringan sendiri bisa dikatakan memiliki motif yang luwes. Dalam arti tidak terpaku pada satu motif tertentu.

Seperti yang dikatakan Ibu Sri, Sekretaris KUB Pringmas, kepada KabarDesa bahwa pembatik-pembatik Papringan mengambil inspirasi motif batiknya dari kehidupan sehari-hari lalu itu dijadikan inspirasi motif batik.

Wajar bila Batik Papringan memiliki motif yang bervariatif. Itu semua didapatkan dari inspirasi setiap pembatik.

Tetapi yang paling banyak adalah motif tumbuhan dan hewan, ada juga yang berupa pemandangan alam hingga aktifitas masyarakat. Pemandangan alam tepi Sungai Serayu yang berada di Desa Papringan ini pun juga pernah dijadikan motif batik Pringmas.

Batik Papringan Banyumas - Sungai Serayu
Sungai Serayu yang berada di dekat Showroom Batik Pringmas / Foto: dok. pri

Itu jika bicara soal motif. Sedangkan soal warna, Batik Papringan masih mempertahankan warna khas Banyumasan. Yaitu warna-warna dengan latar hitam sogan, dan aksen warna kuning. Meski begitu, tetap saja masalah warna juga tidak selalu menggunakan warna-warna itu. Kerap kali para pengrajin menggunakan warna lain yang memang disesuaikan dengan selera konsumen.

Pembagian kerja

Seperti produksi batik pada umumnya, Batik Papringan ini membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 minggu untuk membuat satu kain batik tulis. Hal ini dikarenakan mayoritas pembatik adalah ibu rumah tangga, sehingga waktunya terbagi-bagi dengan mengurus kegiatan lain.

Selain itu masalah teknis mayoritas proses membatik juga ada yang dilakukan dua kali.

Tetapi di sini sudah ada pembagian kerjanya. Ada yang khusus mengerjakan outline motif batiknya, ada yang ngrining (mbatik tahap dua), mengisi outline motif, nglorod (meluruhkan lilin batik) dan lain-lain. Sehingga wajar jika setiap bulannya mampu memproduksi banyak kain batik tulis.

Kelompok Usaha Batik

Hingga saat ini di Desa Papringan sudah ada sekitar 200-an pembatik. Di dalamnya ada yang berupa kelompok batik maupun perseorangan.

Salah satu kelompok batik yang berjalan baik adalah KUB Pringmas. Hal ini dikarenakan mendapat pembinaan secara intensif dari BI KPw Purwokerto. Akan tetapi, secara menyeluruh semua kelompok batik yang ada di Desa Papringan telah mendapatkan dukungan dari BI KPw Purwokerto.

KUB Pringmas sendiri memiliki kelompok-kelompok kecil lagi, seperti kelompok usaha Batik Tulis, Batik Cap, Kain Jumputan, Konveksi & Kerajinan dan Showroom Batik.

Struktur KUB Pring Mas
Struktur KUB Pring Mas

Sedangkan pengusaha batik perseorangan, umumnya masih menitipkan produknya di showroom batik KUB Pringmas yang berada di RW 1. Ada sekitar 8 orang yang masih berkarya secara perorangan. Dulunya mereka merupakan pengepul batik, yang mengambil pesanan batik dari pengusaha yang berada di wilayah Kecamatan Sokaraja. Lalu memperkerjakan buruh batik dan hasil batiknya disetorkan kembali ke pengusaha yang ada di Sokaraja.

Namun, sekarang mereka sudah mulai membuat kain batik sendiri, lalu dijual melalui showroom batik.

Dukungan dari Bank Indonesia

Semenjak mendapatkan dukungan dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Purwokerto ini Batik Papringan mulai mengalami perkembangan. Karena banyak sekali dukungan yang diberikan kepada para pengrajin di desa ini. Mulai dari pelatihan manajemen kelompok, kewirausahaan, administrasi, keuangan, dan lain-lain.

Tidak sekedar masalah manajerial saja, dalam hal teknis pun juga terus ditingkatkan melalui beberapa program. Seperti pelatihan teknik produksi batik, mendesain motif, pewarnaan, sampai tahap finishing. Namun, karena mayoritas pengrajin batik di Desa Papringan sudah memiliki bakat dan keterampilan dalam hal membatik, maka ini memudahkan para pembatik.

Melihat permintaan pasar yang terus berkembang, pihak BI KPw Purwokerto juga memberikan pelatihan konveksi dan kerajinan. Tujuannya agar para pengrajin batik tidak hanya bisa membuat kain batik saja, tetapi juga mampu memproduksinya menjadi barang jadi.

Hal baru yang cukup dirasakan para pengrajin batik di Desa Papringan adalah ketika mendapatkan pelatihan membuat kain jumputan. Ini dikarenakan sebelumnya belum pernah ada yang membuat kain jumputan.

Batik Papringan Banyumas - Jumputan

Masalah pemasaran juga yang menjadi fokus utama dari dukungan pihak BI. Hal ini diwujudkan dengan dibangunnya gedung showroom batik yang berada di RW 1 Desa Papringan. Gedung ini dibangun akhir 2013 lalu dan diresmikan pada 24 Mei 2014 oleh Deputi Gubernur BI Pusat, Bapak Mirza.

Batik Papringan Banyumas - Showroom
Showroom Batik Papringan yang berada di RW 1 Desa Papringan / Foto : dok.pri

Selain membangun showroom batik di Desa Papringan, dukungan pemasaran lain juga dilakukan dengan membuka outlet batik yang saat ini berada di Hotel Santika Purwokerto.

Outlet Batik Pringmas - Hotel Santika Purwokerto
Galeri Batik Pringmas di Hotel Santika Purwokerto / Foto oleh Gratia Vika

Para kelompok usaha batik pun juga kerap diikut sertakan dalam event-event seperti pameran baik. Melakukan studi banding ke berbagai pengusaha batik yang ada di daerah lain juga.

Batik Papringan Banyumas - Penghargaan
Salah satu penghargaan yang diterima Batik Papringan dalam acara Expo Indonesia 2016 di World Trade Centre Mumbai, India / Foto : dok.pri

Untuk dukungan fisik, kelompok usaha batik di Desa Papringan juga pernah dimodali alat produksi batik lengkap dengan bahan bakunya.

Kualitas Pewarnaan Belum Maksimal

Batik Papringan Banyumas - Motif A
Beberapa motif tumbuhan Batik Papringan / Foto : dok.pri

Meski sudah mendapatkan dukungan yang cukup besar, para pengrajin Batik Papringan hingga saat ini masih memiliki beberapa kendala dalam hal produksi. Kendala itu seperti kualitas pewarnaan yang belum bisa maksimal, penyediaan bahan baku yang masih tergantung toko yang ada di Sokaraja. Karena umumnya mereka masih membeli dalam skala kecil (ecer). Masalah permodalan juga yang masih menjadi kendala untuk proses produksi.

Batik Papringan Banyumas - Harga
Harga Batik Tulis Papringan disesuaikan dengan proses pembuatan dan kerumitan motif. / Foto: dok.pri

Harapan tetap ada, para pengrajin Batik Papringan berharap agar kualitas batik khususnya dalam hal pewarnaan bisa lebih baik lagi. Dari kuantitas produksi juga bisa bertambah, sehingga mampu meningkatkan penjualan. Dan para pengrajin juga bisa lebih kreatif lagi sehingga dapat membuat motif-motif batik yang bervariatif.

Tulisan ini merupakan publikasi perjalanan dari serangkaian kegiatan “Juguran Blogger Indonesia 2017” kerjasama antara Komunitas Blogger Banyumas dengan Bappeda Litbang Banyumas dan didukung oleh  Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto, pada 11-13 Juli 2017. Kegiatan ini juga disponsori oleh PANDI, @fourteen_adv, @lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto. Tulisan lain baca di sini.

Terima kasih kepada Ibu Sri (Cici) selaku Sekretaris di KUB Pringmas (@pringmasbatik) yang telah memberikan informasi mengenai Batik Papringan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here