Exca Febriyanto
Penyerahan piagam apresiasi dari IYC diwakili oleh Nanda Putu (Ketua Panitia, kanan) kepada Exca Febriyanto, kiri // Foto. Dok. Firmansyah

Kabardesa.com, Sukoharjo – Salah satu pembicara di Seminar Kepemudaan “Muda Mbangun Desa” kemarin Sabtu (28/1) di DPD PPNI Sukoharjo sangat memberikan inspirasi bagi para peserta.

Dalam acara tersebut, Indonesian Youth Care sebagai penyelenggara berhasil mendatangkan entrepreneur muda asal Sukoharjo, Exca Febriyanto.

Exca adalah seorang mahasiswa semester 8 Jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Selain kesibukannya menjadi mahasiswa, Exca ternyata sudah menggeluti dunia bisnis khususnya agribisnis sejak 1 tahun yang lalu.

Produk pertanian seperti cabe, jagung, terong, tomat, pernah digelutinya untuk mendatangkan keuntungan.

Saat dimintai keterangan, anak muda dari Desa Ngares, Bulakan, Sukoharjo ini ternyata memiliki prinsip bisnis yang cukup unik. Ia ingin memafaatkan lahan yang sempit agar bisa menghasilkan laba.

“Saya kan punya prinsip, Lahan sempit labanya besar, jadi kita manfaatkan pekarangan,” ungkapnya.

Saat ini bisnis yang masih digelutinya adalah ternak ayam pedaging dan cabe. Selain itu juga punya usaha distro dan produksi merchandise lainnya. Dari budidaya ayam kampung super ini, Exca mampu meraup omzet hingga Rp 9 juta per 45 hari.

Dibalik keberhasilannya tersebut, ternyata Exca memiliki alasan yang cukup unik ketika memulai berbisnis. Dalam keterangannya, Exca menyebutkan kalau awalnya hanya iseng saja karena memang butuh uang.

“Ide, iseng aja pengen, dan bagaimana ya, butuh uang juga saya, kita punya ilmu kita butuh uang, kan masalah itu, munculah ide-ide mana yang sekiranya berpotensi menghasilkan uang,” jelas Exca.

Usahanya ini sekarang baru didisitribusikan di sekitar daerahnya saja. Hal ini dikarenakan kuantitas yang dihasilkan juga masih sedikit. Untuk pertanian, Exca memiliki dua lahan yang masing-masing berukuran 800 m2 dan 700 m2. Di lahan inilah produk-produk pertanian ia hasilnya untuk mendatangkan laba.

Exca
Exca Febriyanto (tengah) sedang sharing tentang pengalamannya berwirausaha / Foto. Dok. Firmansyah

Dalam sesi sharingnya kepada 120 peserta, ada yang bertanya kepada Exca saat sesi tanya jawab. Salah seorang peserta menanyakan apakah Exca pernah mengalami kegagalan. Dari pertanyaan itu, Exca pun menjawab kalau pernah gagal. Ia mengatakan kalau bisnis itu adalah proses belajar. “Dalam bisnis itu proses belajar, gagal itu tidak apa,” jawabnya kepada salah satu peserta.

Melihat Exca yang cukup memiliki banyak kesibukan, adalah peserta lain yang bertanya bagaimana membagi waktu antara menjadi aktivitas (kampus) dan berwirausaha. Exca menjelaskan bahwa yang penting itu niat dulu. “Yang penting niatnya dulu, kalau kamu pikir bisa pasti akan bisa. Harus pandai bagi waktu, tapi harus ada prioritas (fokus),” tandasnya.

Terkait dengan acara seminar ini, Exca sangat menyambut baik. Karena ia merasa ini sangat sesuai dengan tujuannya yang memang sering melakukan penyuluhan tentang pertanian, peternakan maupun perikanan.

“Acara ini bagus, sesuai dengan tujuan saya. Soalnya kan selain saya bisnis, saya juga melakukan penyuluhan. Saya kan perwakilan UNS untuk gerakan SDSK, Satu Desa Satu Koperasi, jadi saya melakukan berbagai macam bisnis tentang pertanian, peternakan, maupun perikanan dan perkebunan.

Biasanya itu saya menjadi pembicara di forum-forum Gapoktan, mendatangkan saya kita belajar bersama, ya semata-mata itu untuk mengembangkan Indonesia dari desa, memaksimalkan potensi yang ada,” jelasnya.

Exca pun juga punya harapan untuk anak-anak muda di Sukoharjo khususnya. Ia berharap apabila ada yang tertarik dengan dunia bisnis agar bisa dimaksimalkan karena sangat membantu dan bisa memaksimalkan kemakmuran di Sukoharjo.

Menurutnya saat ini anak-anak muda lebih suka kerja di pabrik, lulus sekolah lebih suka ke merantau ke kota besar. Apalagi besaran gaji yang didapatkan tidak memenuhi kebutuhan yang ada.

“Soalnya kalau kita amati kebanyakan pemuda kan lebih suka kerja di pabrik, lulus SMK lebih suka ke Jakarta, nanti balik-balik buka usaha apalah.

Tapi dengan gaji semacam itu dengan tuntutan kebutuhan apalagi kita setengah metropolitan (Sukoharjo, red), itu untuk menyisihkan uang untuk masa depan saya kira masih kurang, harus diimbangi dengan wirausaha,” tutupnya.

Ini adalah kali kedua bagi komunitas Indonesia Youth Care menyelenggarakan event seminar tentang kepemudaan. Sebelumnya di Oktober 2016, telah diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun tahun ini IYC memilih Sukoharjo untuk diselenggarakan seminar kepemudaan dengan konsep yang lebih berbeda, tidak hanya fokus pada lingkup kampus dan mahasiswa saja tapi lebih ke pelatihan bisnis, dan menyasar pemuda dari segala kalangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here