Tanaman Sayuran Pemanfaatan Lahan Sawah (Foto : Alan Gumay)
Tanaman Sayuran Pemanfaatan Lahan Sawah (Foto : Alan Gumay)

Kabardesa.com, Lahat – Selain sebagai salah satu daerah penyuplai beras untuk Kabupaten Lahat, sektor pertanian di Kecamatan Kota Agung juga memiliki potensi lain. Pemanfaatan sawah selain sebagai lahan pertanian jenis padi, juga bisa mendatangkan keuntungan lain yang berimbas pada pendapatan warga yang berprofesi sebagai petani.

Salah satu trik dari warga untuk menyikapi tidak stabilnya suplai air dari irigasi tradisional yang ada adalah dengan memanfaatkannya untuk usaha lain, diantaranya adalah usaha pertanian untuk jenis sayuran.

Di Desa Kebun Jati, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat misalnya, dengan pola tanam bergantian, lahan sawah yang biasanya digarap 2 kali setahun kini mulai dirubah dengan menggantinya tanaman jenis sayuran.

Karena menurut perhitungan mereka, selain untuk menjaga kesuburan tanah lahan pertanian yang ada, disisi ekonomi pola penggarapan yang dilakukan juga sangat menjanjikan keuntungan. Bukan hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, model ini juga bisa memberikan tambahan bagi mereka yang ingin menyimpan hasil dari pengelolaan pertanian untuk tabungan masa depannya.

Doni salah satunya, warga desa yang sempat mengenyam pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Provinsi Bengkulu ini akhirnya turun ke sawah untuk menggarap lahan milik keluargannya.

Kepada Kabardesa.com, Minggu (25/12/2016), saat dikunjungi menuturkan, apa yang dia lakukan adalah sebuah usaha kecil menyikapi berkurangnya suplai air untuk kebutuhan sawah garapan keluarganya.

“Jadi harus dimaklumi, suplai air dari jaringan irigasi tradisional yang ada, tentu kita harus banyak membaca pertimbangan dan komponen lain yang dapat mempengaruhi produktifitas sawah garapan kita ini.

Sementara penghasilan yang harus didapat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tak bisa berhenti, sedangkan kalau mengandalkan dari hasil panen padi di sawah untuk periode satu masa tanam tentu belum bisa kita pastikan,” terangnya.

Kemudian Doni juga menjelaskan, untuk satu kali masa tanam dibutuhkan paling sedikit Rp 2-3 juta biaya penggarapannya. Kalau dikalikan hasil panen yang kisar pada angka 1 hingga 2 ton saja tentu hal ini belum memungkinkan untuk mendapat penghasilan lebih.

“Maka saya coba cari cara lain dalam memanfaatkan potensi sawah dengan pola bergantian, tentu hasil panen sayuran bisa memberikan pendapatan lebih. Artinya dalam satu tahun kita bisa menggarap sawah ini untuk 2 jenis tanaman yang berbeda.

Padi tetap tak bisa ditinggalkan, sebab hal ini menyangkut kebutuhan pokok kita dalam satu tahun, baru untuk masa tanam berikutnya kita manfaaatkan untuk jenis tanaman sayuran. Menginggat saat ini suplai sayuran masih bergantung pada daerah tetangga kita (Pagar Alam,red). Kalau kita bisa menamam sendiri kenapa mesti beli dari daerah luar,” jelasnya lagi.

Saat ditanya berapa besar keuntungan dari sistem pola seperti ini, Doni memaparkan lebih dari cukup. Untuk periode 3 bulan saja, bila mereka menanam cabai angkanya memang lumayan menggiurkan.

“Untuk jenis cabai hijau saja kalau per minggunya dipanen 2 kali, dengan asumsi 1 kali panen mendapatkan 4 hingga 6 kwintal, tinggal dikalikan dengan harga Rp 23 ribu per kilonya.

Kalau sebulan ada 4 minggu artinya sebulan bisa panen sebanyak 8 kali, sama saja dengan 4 kwintal kali 8 kali panen, angkanya bisa dihitung sendiri setelah dipotong biaya produksi,” paparnya lagi.

Hanya menurutnya, hitungan seperti ini memang belum banyak diketahui oleh warga yang tak lain adalah petani yang sama seperti dirinya. Perlu waktu untuk merubah pola pikir warga petani lain di daerah ini.

“Itu belum lagi kalau harga jual jenis komoditi yang memang tengah dicari oleh pasar, sementara untuk saat ini mereka memang tak terlalu kesulitan dalam penjualan hasil pertaniannya.

Pedagang pengumpul akan datang sendiri ke kita, bahkan tak jarang mereka sanggup mematok dengan harga agen. Ini artinya keuntungan bagi kita sebagai petani, untuk daerah kita memang baru satu atau dua orang saja yang telah menerapkan model pengelolaan lahan seperti ini,” tandasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here