Pola tanam sistem jajar legowo ( foto : bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id )
Pola tanam sistem jajar legowo ( foto : bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id )

KabarDesa.Com,Tegal – Anjuran para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal supaya para petani padi menerapkan sistem tanam jajar legowo ternyata belum seluruhnya dilaksanakan petani.

Pengamatan kabardesa.com di sejumlah lokasi persawahan di wilayah Kecamatan Pagerbarang, seperti di Desa Jatiwangi, Sidomulyo, Mulyoharjo, Semboja, Randusari, hanya sebagian kecil lahan padi yang menerapkan teknik ini.

Petani yang melaksanakan sistem tanam ini terlihat masih terbatas pada mereka yang aktif di organisasi kelompok tani atau gabungan kelompok tani. Karena biasanya mereka lebih cepat menerima informasi soal teknologi pertanian.

Dengan sistem tanam jajar legowo ini menurut para penyuluh mempunyai kelebihan dibanding penanaman padi non jajar legowo. Sistem ini diyakini dapat meningkatkan produktifitas padi.

Pada pola tanam jajar legowo baris yang tidak ditanami padi, biasanya kiri-kanan ruang kosong  pertumbuhan padi lebih banyak. Contoh sederhananya saja, pada sisi pematang sawah pertumbuhan padi lebih banyak bulir padinya dibandingkan tanaman padi yang posisinya di tengah.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Rejeki Desa Randusari, Suharto, Sabtu (24/12), saat dikonfirmasi terkait keengganan petani melaksanaan pola tanam dengan sistem jajar legowo, menurutnya karena ketidaktahuan, petani merasa rugi karena pada sistem tanam ini ada baris tanaman yang tidak ditanami rumpun padi.

Padahal baris kosong tersebut berfungsi untuk bernapas padi, di samping itu untuk memudahkan dalam penyiangan padi ataupun untuk memudahkan dalam penyemprotan tanaman. (dar)

Berita sebelumyaGapoktan Desa Prayungan Harus Sukseskan Program Ketahanan Pangan Nasional
Berita berikutnyaMemanfaatkan Potensi Lain Dari Sawah, Warga Raih Untung
Darojat
Menikmati kesederhanaan hidup di desa dengan menekuni usahatani, serta berwirausaha. Soal menjadi citizen journalist atau jurnalis warga tidak lain agar bisa terus bereksplorasi & berekspresi melalui tulisan jurnalistik. Di bidang ini pernah mendapatkan predikat "Top Reporter Of The Month" pada Mei 2015 yang diberikan oleh Harian Online Kabar Indonesia.
BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here