Uda Adi Anwar
Uda Adi Anwar

KabarDesa.com, Jambi – Andai saja uang dari semua orang Minang di rantau ibukota dan seluruh wilayah JABODETABEK (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) terkumpul semuanya, maka mimpi besar Uda Adi Anwar, urang awak yang tinggal di Taman Buaran Indah, RT.16/RW.07, Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Cakung, Kota Administratif Jakarta Timur, Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta ini bakal terwujud dan terkabul untuk menolong anak-anak Minang dari keluarga kurang mampu di perantauan.

Apabila segala mimpi-mimpinya itu untuk sebuah misi menolong sesama dan meringankan segala beban bagi sebagian masyarakat Minangkabau asal Provinsi Sumatera Barat yang sedang merantau ini, tentunya sangat dibutuhkan sebuah kekompakkan, kearifan, dan kebesaran hati untuk menyelami lebih dalam lagi di setiap relung hati sanubari bagi semua anak rantau asal Minang khususnya, dimanapun mereka berada.

Sehingga nantinya bisa meretas jalinan tali silaturrahmi dan silaturrahim bagi kemajuan seluruh Keluarga Besar Minangkabau di tanah air.

Sesepuh masyarakat Minang di JABODETABEK asal Bukit tinggi, Adi Anwar (66), menggagas ide dan wacana untuk membentuk sebuah Badan Hukum Koperasi, atau lembaga keuangan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) bagi warga Minangkabau di ibukota.

Dan menurut Uda Adi Anwar kepada jurnalis KabarDesa.com yang ditemui di sela-sela kunjungan liburannya ke provinsi dengan sebutan “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” ini, Minggu sore (05/09/2016) di daerah Telanaipura, Kota Jambi, ia menyebutkan, jumlah warga Minangkabau di perantauan khususnya di ibukota DKI Jakarta saja yang hampir 600.000 kepala keluarga ini, telah mampu memberikan kontribusi besar bagi pembangunan di kampung halaman desanya masing-masing. Khususnya yang berada jauh di wilayah bagian Barat Pulau Sumatera.

Dipaparkan Uda Adi, bahwa dengan potensi jumlah warga Minang tersebut, apabila mereka semuanya dihimbau untuk rela menyisihkan dan menyumbangkan uang hasil keringatnya, sebesar Rp 1.000 per KK saja maka sudah terkumpul uang yang sangat besar, yaitu mencapai Rp 600.000.000,-.

“Bayangkan, dengan uang sebanyak ini, apa pun dapat dilakukan bagi kemajuan, dan segala kebutuhan urang awak di tanah rantau, maupun di kampungnya. Itu pun, bila seharinya saja, mereka ini dengan sukarela mau menyisihkan dan menyumbangkan uang hasil jerih payahnya kepada kelembagaan tertentu yang profesional ditunjuk untuk mengelola uang yang terkumpul, justru telah mampu untuk membentuk sebuah Badan Hukum Unit Koperasi Simpang Pinjam (KSP), atau lebih tepatnya membuat suatu lembaga keuangan yang lebih profesional, seperti BPR (Bank Perkreditan Rakyat) bagi segala kebutuhan masyarakat Minangkabau di rantau. Bahkan untuk segala kebutuhan yang lebih penting lagi di kampung halamannya masing-masing,” demikian ujarnya.

Gagasan brilian yang begitu sangat sederhana dilontarkan oleh Uda Adi Anwar sejak lama tersebut, diakuinya tidaklah mudah untuk dilaksanakan dalam praktek kehidupan sehari-hari di lapangan. Karena beragam tantangan dan alasan kendala dalam implementasinya, khususnya mindset (cara pandang dalam menilai sesuatu) urang awak sendiri. Salah satunya adalah bagaimana mereka mampu memahami untuk sukarela memberikan dan menyumbangkan iuran uang sebesar seribu rupiah itu bagi kepentingan urang awak di tanah rantau.

“Misal, andai mereka bisa menyumbang saja, Rp1.000 per kepala per harinya, atau per minggunya dengan sukarela, sudah lumayan besar, uang yang berhasil dikumpul. Tapi yang jelas, perlu sebuah manajemen yang handal dan profesional, untuk mengelola uang yang berhasil terkumpul, dari semua iuran warga Minang Perantauan ini,” pungkasnya.

Saat disinggung tentang maksud dan tujuan pengumpulan uang dari urang awak di tanah rantau, khususnya yang berada di wilayah ibukota, dan sekitar JABODETABEK ini, dapat dipahami sebagai sebuah renungan untuk memikirkan betapa pentingnya membangun sebuah kekompakkan bagi masyarakat Minang di rantau untuk membantu sesama, terutama anak dari keluarga kurang mampu di rantau.

Disamping itu, masih ungkap Uda Adi, memang memerlukan sebuah pikiran yang sangat rasional bagi semua urang awak, saling tolong-menolong, menggugah dan membantu kesusahan yang dialami mereka, dari keluarga tidak mampu tersebut, untuk yang sifatnya sangat urgen (penting) sekali, seperti membantu siswa dari anak kurang mampu, tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, dan dia berprestasi hingga tercapai segala cita-citanya.

Kendati pun demikian, dirinya juga berandai, apabila uang yang telah terkumpul tersebut dibutuhkan bagi dunia pendidikan terutama warga Minang di rantau yang kurang mampu ini, terutama siswa berprestasi untuk melanjutkan sekolah tingginya, maka sudah dapat meringankan dan menolong kehidupan keluarganya.

Telah berulangkali, gagasan ini pernah saya sampaikan saat Halal Bihalal Keluarga Besar Orang Minang Bukittingi di Jakarta, waktu acara di Senayan, tahun 2011 silam. Pernah, saya sampaikan ke mereka, tapi justru mereka banyak yang tidak percaya, dan malahan menyangsikan ide dan gagasan saya. Malah, justru banyak yang curiga dengan ide saya tersebut. Siapakah, yang harus mengelola uang anak rantau ini.

Tentu saja ide tersebut harus dikaji, dan dianalisa lebih lanjut. Mestinya, kita semua harus berkonsultasi dulu, dengan pihak otoritas jasa keuangan negara terkait, seperti lembaga OJK (Otoritas Jasa Keuangan), para analis keuangan dari BI (Bank Indonesia), atau lembaga-lembaga Perbankan terkait yang sangat profesional di bidang jasa pengelolaan keuangan, seperti bagaimana mengelola kumpulan uang dari anak rantau Minang ini. Kita harus maju dalam berpikir, jangan suudzon, dan mesti mengedepankan logika rasional, dan jangan lupa, pasti satu, atau dua diantara orang-orang itu, adalah orang Minang.

Mereka-mereka itu, harus dilibatkan. Mereka ini, pasti ada yang telah bekerja sudah lama di sana, dan sudah sangat ahli di dalam bidang itu, ada yang menjadi dosen ekonomi, praktisi, diplomat di bidang ekonomi, dan ahli perbankan, atau yang sudah menjadi Bankir berpengalaman di bidang jasa keuangan regional dan global, dan jangan diragukan lagi soal kompetensi dan keilmuan mereka di bidang manajemen keuangan seperti apa. Apalagi sudah banyak tokoh-tokoh cerdik-pandai orang Minang, yang sukses di pemerintahan,” demikian tutup Adi Anwar, seraya menegaskan. (Afrizal).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here