Pantai Nepa / Dok.Pri (Firmansyah)

KabarDesa.com, Sampang – Jika dieksplor lebih dalam, Pulau Madura memiliki banyak sekali potensi wisatanya. Kemarin 22-25 November 2016, saya mendapat undangan dari Komunitas Blogger Madura (Plat-M) untuk mengenal lebih jauh potensi-potensi wisata yang ada di Madura.

Saya tidak sendiri, kemarin ada sekitar 30 blogger yang juga meramaikan acara yang dukung oleh BPWS (Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura) ini. Hari pertama kami berkunjung ke Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang yang letaknya di sisi utama Pulau Madura.

Namun, sebelum menuju ke Desa Batioh, kami menyempatkan diri dulu untuk mengunjungi kawasan yang nantinya akan menjadi Rest Area di sisi barat Jembatan Suramadu wilayah Madura.

Pembangunan Rest Area di sisi barat Jembatan Suramadu wilayah Madura / Foto : Firmansyah
Pembangunan Rest Area di sisi barat Jembatan Suramadu wilayah Madura / Foto : Firmansyah

Saat kami berkunjung ke kawasan ini, lokasi yang akan dijadikan rest area masih dalam tahap pembangunan. Saat ini baru fokus pada tahap pembangunan akses jalan. Baru nantinya disusul dengan berbagai fasilitas-fasilitas seperti pusat oleh-oleh, Islamic Center, dan fasilitas pendukung lainnya.

Pembangunan rest area yang dikelola oleh BPWS ini sebenarnya sudah berjalan sejak 2009, namun karena ada berbagai kendala hingga saat ini masih dalam tahap proses.

Desa Tolbuk

Kami pun juga sempat berhenti di daerah Desa Tolbuk, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan untuk melihat area yang nantinya juga akan dijadikan kawasan pengembangan BPWS. Rencananya di daerah ini bakal dibangun Pelabuhan Internasional yang nantinya bakal menjadikan arus distribusi barang ke Madura semakin cepat.

Setelah itu perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Desa Batioh melalui jalur pantura yang jalannya cukup bergelombang. Di desa ini kami untuk beristirahat satu malam, tetapi tujuan utamanya yaitu mengunjungi kawasan pariwisata Nepa yang ada di Kabupaten Sampang.

Pantai Nepa Yang Perlu Perhatian Masyarakat

Setelah tiba dan beristirahat sejenak, kami pun menuju Pantai Nepa yang lokasinya tidak jauh dari home stay. Cukup jalan kaki beberapa langkah sudah sampai, dan kami pun melihat luasnya hamparan pasir putih dengan deburan ombak yang tenang.

pantai-nepa

Inilah Pantai Nepa yang bakal menjadi potensi wisata unggulan di Desa Batioh. Sayang seribu sayang, ketika saya mencoba untuk mendekat dan mengekplor pantai ini, deretan sampai yang entah itu datang dari lautan lepas atau dari warga sekitar menumpuk di bibir pantai.

Sedikit kecewa ketika melihat pantai sebagus ini namun masih banyak sekali sampah yang berserakan.

Saya pun mencoba untuk menanyakan soal masalah ini kepada Suud Ali, Kepala Desa Batioh saat acara sarasehan bersama di malam harinya, Selasa (22/11).

Beliau menjelaskan bahwa memang saat ini untuk pihaknya masih terkendala oleh faktor lingkungan dan ekonomi. Khususnya masalah kebersihan di area pantai, masih banyak warganya yang belum memiliki kesadaran akan hal itu. Sehingga ini perlu waktu dan sosialisasi yang lebih intens.

Hutan Kera Nepa

Tak jauh dari deretan Pantai Nepa, ada objek wisata alam yang cukup menarik, yakni Hutan Kera Nepa. Seperti namanya, hutan ini dipenuhi dengan kera-kera yang jumlahnya tak bisa dihitung.

Untuk bisa ke Hutan Kera Nepa ini sangatlah mudah, karena letaknya berdampingan dengan Pantai Nepa. Tinggal menyusuri pantai ke arah utara, maka akan mendapati gapura bertuliskan “Selamat Datang di Hutan Kera Nepa“.

Hutan Kera Nepa

Meski belum memasuki kawasan hutannya, kami pun sudah dapat melihat beberapa kera yang sedang bermain di dekat gapura. Tak jarang wisatawan yang memberikan makan kera dengan kacang dan kera pun tak terlihat terusik oleh kedatangan kami.

Yang menarik adalah dari penuturan Suud Ali, di Hutan Kera Nepa ini memiliki dua kerajaan kera yang terbagi atas dua kubu, yakni kubu utara dan selatan. Uniknya gerombolan kera di kubu utara tidak mau melintas di area kubu selatan begitu juga sebaliknya. Namun, meskipun kemarin kami disambut gerombolan kera, kami tidak bisa membedakan apakah itu masuk ke kubu utara atau selatan. 😀

Seperti halnya di Pantai Nepa, fasilitas di Hutan Kera Nepa ini banyak yang sudah tidak layak pakai. Misalnya saja titik-titik rest area yang sekedar untuk duduk-duduk tidak bisa digunakan dengan baik.

Wisatawan yang ingin masuk ke Hutan Kera Nepa alangkah baiknya membawa pemandu. Selain agar tidak tersesat, juga bisa mendapatan penjelasan mengenai informasi-informasi yang ada di Hutan Kera Nepa. Dan meskipun kera-kera di sana sangat welcome dengan pengunjung, tetap harus hati-hati terutama bagi wisatawan yang berniat untuk memfoto. Usahakan jangan menggunakan LED Flash di kameranya karena akan membuat kera menjadi terusik dan bisa-bisa mengejar.

Jika selama menyusuri hutan tidak menemui kera, coba panggil kera dengan cara berteriak “Le ole ole“, seperti itu kata salah satu bapak pengelola hutannya. Atau bisa juga membawa buah-buah agar kera mendekat. 😀

***
Dua destinasi wisata di Kabupaten Sampang ini masih sebagian dari destinasi lainnya. Namun, yang perlu menjadi pelajaran mulai saat ini adalah bagaimana agar destinasi-destinasi wisata yang potensial seperti ini bisa lebih berkembang lagi. Memang, masalah sampah dan fasilitas menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah setempat. Tetapi untuk memunculkan kesadaran masyarakat dan proses pembangunan yang cepat juga perlu didukung dari para banyaknya wisatawan yang datang.

Jika sudah banyak wisatawan yang datang, maka secara tidak langsung itu juga akan membuat masyarakat setempat mulai berbenah. Mereka akan tersadar bahwa desanya punya potensi yang bisa dibanggakan. Jadi kita sebagai orang lain juga punya tanggung jawab untuk memajukan wisata suatu daerah.

Nah, jika sedang berada di Madura khususnya Kabupaten Sampang tak ada salahnya berkunjung ke kawasan Pariwisata Nepa ini, seperti Pantai Nepa dan Hutan Kera Nepa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here